Kultur jaringan berbeda dengan rekayasa genetic.
Kultur jaringan merupakan
salah satu sarana rekayasa genetic. Benih yang unggul dari proses
rekayasa genetic diperbanyak melalui system kultur jaringan.
Masih banyak pertentangan mengenai tekhnologi ini baik orang awam maupun
para ilmuwan. Yang menjadi kekhawatiran sebagian besar ilmuwan adalah
proses rekayasa genetic tidak memperhitungkan dampak secara umum, tetapi
para perekayasa hanya meneseting/ merekayasa atau mengotak atik
tumbuhan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan yang diharapkan tanpa
memperhitungkan resiko secara umum yang ditimbulkan sehingga hasilnya
tidak sesuai dengan harapan.
Contoh kasus di Lampung, Pisang
kapindis dengan proses rekayasa genetic menghasilkan buah yang besar
sehingga batang tidak lagi mampu menopang buah dan akibatnya batang
menjadi tumbang.
Rekayasa genetic juga dapat merusak keseimbangan alam akibat
menghilangnya genetic tertentu dalam tumbuhan. Contoh hilangnya/adanya
tumbuhan yang genetiknya tahan hama wareng, ulat dll sehingga ulat dan
wereng ditempat tersebut menjadi tidak ada/hilang dengan demikian
lingkungan menjadi berubah.
Dalam rekayasa genetic juga berpeluang menghasilkan zat-zat tertentu
atau unsure-unsur tertentu yang sebelumnya tidak terdapat dalam
tumbuhan tersebut. Misalnya pada jenis sayuran atau buah-buahan yang
telah melalui proses rekayasa genetic berpeluang menghasilkan
protein/vitamin tertentu yang sebelumnya tidak ada dalam tumbuhan
tersebut.
Dengan demikian menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena vitamin,
protein tersebut belum dapat diketahui berdampak positif atau negative
terhadap tubuh manusia.
Tanaman kultur jaringan juga bisa berdampak negative/menjadi hama bila
terlalu mendominasi jenis lain. Jenis-jenis unggul ini bila masuk ke
alam dapat mendominasi dan bersifat eksperior sehingga tanaman lain
tertekan dan bahkan punah.
Proses-proses di atas merupakan rekayasa genetic yang kemudian dengan
sarana kultur jaringan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Dengan
demikian kultur jaringan bagaikan pisau permata dua disatu sisi bisa
berdampak positif dan disisi lain bisa negative sehingga
pengembangannya perlu eksta hati-hati.
Contoh : jenis Akasia nelotica di TN Baluran yang awalnya merupakan
tanaman eksotik yang didatangkan dari luar untuk sekat bakar dan
makanan gajah ternyata sekarang berkembang menjadi padang akasia
nelotica yang sangat susah untuk kami basmi.
Dengan
kultur jaringan
dapat pula dilakukan pemuliaan sederhana dengan cara melakukan seleksi
terhadap jenis-jenis unggul pada kondisi tertentu di lingkungan in
vitro maupun di nursey.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan/keuntungan kultur jaringan
1. Bibit dapat diperbanyak dalam jumlah besar dan cepat
2. Bibit unggul, cepat berbuah serta tahan lama dan penyakit
3. Seragam atau sama dengan induknya, tetapi dapat juga menimbulkan keberagaman
4. Efisien tempat dan waktu
5. Tidak tergantung musim, dapat diperbanyak secara continue
6. Untuk skala besar biaya lebih murah
7. Cocok untuk tanaman yang sulit bergenerasi
8. Merupakan sarana meningkatkan kualitas tanaman misalnya jenis
tanaman tertentu terserang virus maka dengan kultur jaringan dapat
dihasilkan tanaman bebas virus
9. Peluang untuk menghasilkan bahan biokatif/metabolit sekunder tanpa
menanam di luar atau di lapang.
Dalam kultur jaringan yang menjadi penghambat biasa virus, bakteri dan
jamur yang dapat menyebabkan tidak berhasilnya kultur jaringan.
Virus sangat berbeda dengan bakteri dan jamur. Virus selalu ada dalam
eksplan dan sumber exsplan sedangkan bakteri dan jamur sangat
tergantung pada proses sterilisasi yang dilakukan. Jadi untuk
menghambat bakteri dan jamur maka eksplan harus diperlukan sesteril
mungkin sehingga bakteri dan jamur mati dalam proses sterilisasi tetapi
tidak sampai membahayakan eksplan, sedangkan virus dapat diperkecil
kemungkinan keberadaannya dalam eksplan dengan menggunakan kultur
meristem dengan ukuran meristem 0,01-0,5 mm.
Meristem adalah bagian tanaman yang selalu muda/tidak pernah mengalami
penuaan.
Kultur jaringan dapat menghasilkan jenis seragam tetapi juga dapat
menghasilkan jenis beragam. Perbanyakan dengan kalus dapat menimbulkan
keberagaman yang tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk tujuan mencari
tumbuhan yang seragam hal ini terjadi karena sel kalus belum
terorganisir atau masih acak-acakan (kalus belum memiliki akar, batang
dan daun). Untuk mendapatkan jenis seragam dianjurkan untuk eksplan
dari stek mikro (pucuk, batang, akar atau daun), tetapi yang lebih baik
aadlah pucuk karena bisa langsung membentuk daun.
Kultur Jaringan Dapat Disederhanakan (Operasional Murah)
Yang pertama kali mempelopori penyederhanaan alat dan bahan kultur
jaringan ini adalah almarhum Ibu Livy Winata Gunawan, beliau adalah
salah seorang peneliti kultur jaringan di IPB, yang melihat bahwa
sangat susah mengimpelementasikan teknologi ini kepada masyarakat bila
alat dan bahan yang digunakan tidak dapat dijangkau.
Yang perlu diperhatikan dalam penyederhanaan ini adalah prinsip kerja
dan fungsi setiap alat yang digunakan.
Contoh pada tahap sterilisasi pada prinsipnya adalah bagaimana eksplan
betul-betul steril dari bakteri dan jamur serta mikroorganisme lain
sehingga pada saat menumbuhkan tidak terjasi kontaminasi, pencoklatan
(browning) yang menyebabkan tumbuhan mati. Dengan demikian botol media
yang khusus untuk kultur jaringan harganya cukup mahal dapat diganti
dengan botol apa saja yang tahan terhadap panas dan tekanan karena
harus disterilkan dalam autoclave serta transparan/tembus pandang
sehingga dapat menerima cahaya dengan baik.
Dari prinsip-prinsip kerja seperti diuraikan di atas maka perlatan dan
bahan kultur jaringan dapat disederhanakan sebagai berikut :
a. Botol kultur dapat diganti dengan botol bekas selai, bekas saos dan
bekas chicken Brand (botol bekas minuman sari pati ayam), dll
b. Tutup botol dari plastic dan karet yang tahan panas dan tekanan
c. Glukosa/sukrosa sebagai sumber energi diganti dengan gula pasir
d. Unsur hara protein dapat diganti dengan bahan organic misalnya ekstrak kentang, ekstrak tomat, ekstrak apel, papaya dll
e. Air aqua dari air biasa
f. Bacto agar sebagai pemadat media dapat diganti dengan agar
batangan/swallow atau biasa saja dengan kanji, cincau yang terpenting
tidak terlalu padat yang bisa memberikan ruang gerak pada akar selain
itu pemadat ini tidak bersifat toxid atau meracuni tanaman.
g. Vitamin/hormone dari tumbuhan misalnya untuk mengganti auksin dapat dengan ekstrak bawang merah
h. Rak aluminium dari kayu
i. Lampu listrik bisa dengan sinar matahari di ruang terbuka yang terpenting mengetahui kebutuhan tanaman dari cahaya tersebut.
j. Suhu bisa dengan paranet air
k. Laminar air flow dari enkas atau lemari kaca.
l. Magnetik stirrer dari kompor biasa
m. Kertas lakmus dapat menggantikan pH meter
n. Lampu U.V dengan alcohol dan bahan steril lainnya
o. Api Bunsen dari lampu templok.
eshaflora.com